Jumat, 12 November 2010

'chora'



Educational facilities
Fasilitas adalah wadah yang disediakan
Edukasional adalah sifat beredukasi
Adalah sebuah fasilitas yang di dalamnya ada sifat ‘beredukasi’
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Beredukasi adalah PROSES penyerapan informasi oleh seseorang.
“orang yang mengalami edukasi berbeda dengan tutur kata orang yng tidak makan edukasi”
berarti orang tersebut telah menyerap edukasi, bukan hanya diberikan edukasi.
Bisa saja seseorang telah sekolah selama 3 tahun tapi tidak tahu paham apa2 sebab dia tidak menyerap edukasi tersebut.

Fasilitas Adalah sebuah wadah di mana seseorang ‘mengalami’ penyerapan informasi.
Proses penyerapan informasi yang umumnya diketahui adalah informasi tersebut diterima dari orang lain [dengan pelaku aktif pemberi informasi| (contohnya guru kepada murid)
Tetapi, proses penyerapan informasi tersebut tidak selamanya demikian, informasi dapat diserap dengan independen [dengan pelaku pasif pemberi informasi / objek informasi tsb] (contohnya adalah proses baca buku)

Wadah edukasi yang proses penyerapannya dengan membaca buku misalnya perpustakaan. perpustakaan, adalah tempat beredukasi, sebuah perpustakaan nyatanya adalah wadah ‘objek edukasi’.
Objek tersebut adalah buku. Orang ke sana mencari edukasi dengan membaca buku / menyerap informasi secara independen tanpa pelaku aktif penyampai informasi.

Sebenarnya membaca buku adalah merupakan proses penyerapan edukasi, namun, yang ditangkap secara mata, aktifitas membaca buku itu adalah ‘kegiatan kasat mata yaitu kegiatan menggunakan mata, saraf, dan otak’
Kehadiran sebuah buku (presence of the book) telah mengesampingkan makna bahwa membaca adalah proses edukasi, fakta yang terlihat adalah kegiatan membaca buku..statement ‘proses edukasi’ menjadi hilang ‘void’ yang sebenarnya adalah definisi sesungguhnya dalam membaca buku, namun itu seolah seperti tidak terlihat diantara pemahaman akan kegiatan membaca buku yang terlihat.

Supaya proses membaca buku tersebut dapat menjadi pemahaman (‘presence’) / supaya dapat dipahami bahwa aktifitas di dalam wadah tersebut adalah kegiatan beredukasi, maka presence of the book harus dibuat tidak ada kehadirannya (physical absence), yaitu  dengan cara menunda kehadirannya (menjadikan void)
‘Menunda kehadiran’ / (menciptakan void) adalah saat suatu wadah memang tidak menghadirkan objek tersebut, namun void tersebut dapat dirasa.
Maka akan timbul suatu ‘objek metafisis’, yaitu objek yang DIRASA kehadirannya tapi tertunda karena secara fakta ia tidak melihat kehadirannya..orang akan merasa (perlunya) kehadiran sebuah buku tersebut tapi ia tidak melihat kehadiran buku tersebut secara nyata.
Kehadirannya ditunda sampai seseorang telah sadar akan void / absence of the books (saat ia telah lama berada di wadah tersebut)..sehingga orang sendiri tersebut yang akan terpancing ‘menghadirkan’ buku sebagai objek kembali (re-presence), tapi kali ini dengan konsekuensi orang tersebut telah menyadari bahwa ia telah mengerti wadah itu adalah sebuah educational facilities (presence of education)

[kuncinya adalah keinginginan untuk memberikan pemahaman bahwa membaca buku adalah sebuah kegiatan beredukasi]

Ada  cara dalam pengarahan terhadap makna YANG TERTUNDA. cara yang membuat seseorang merasakan ‘physical absence’ dari suatu objek.
Untuk menyadarkan orang dari makna yang tertunda itu, mereka harus berada dalam wadah terlebih dahulu, lalu mereka harus merasakan ‘indikasi’ yang mengarahkan ke penyadaran akan physical absence dari objek yang seharusnya ada di situ.
maka wadah TIDAK BOLEH menghadirkan objek edukasi tersebut (presence of the book)..

Contoh konkret:
Zaman sekarang orang memiliki kebiasaan jika ia membaca buku, ia cenderung memiliki tendensi untuk melakukan kegiatan lain. Dapat dilihat dari desain perpustakaan saat ini mulai dari perpus republic polytechnic, MYC UPH, hingga Times Bookstore.  Mereka menaruh piano, meja bilyar, sofa ketimbang bangku, TV, café, dll.

Kegiatan fun seperti main piano, ngemil, denger musik dilakukan orang pada saat orang tsb telah memulai aktifitas membaca buku.
Apakah kegiatan membaca buku dapat ditimbulkan oleh sebuah tempat yang sudah menawarkan fasilitas main piano, main bilyar, ngemil, denger musik, bersantai?

Ternyata bisa.

Kata kuncinya adalah: menaruh indikasi-indikasi yang mengarahkan orang agar ia memelakukan kegiatan yang seharusnya dilakukan dahulu sebelum indikasi tersebut yang terjadi.
dengan sendirinya, berdasarkan diferensiasi di atas, maka orang tersebut akan mengalami  ‘physical absence’, lalu dia menyadari adanya void di chora tersebut, maka ia dengan sendirinya akan me-represence objek-objek yang seharusnya ada, yaitu objek pengedukasi (penyerap informasi)


pada saat kapan / apa contoh konkret dari orang orang berkegiatan seperti ini?
Fasilitas MYC room di UPH menjadi contoh. MYC adalah ruang yang disediakan UPH untuk para mahasiswa UPH melakukan aktifitas diluar kegiatan perkuliahan. Konkretnya ruang tunggu mahasiswa untuk kelas berikutnya. Kegiatannya dapat menjadi ruang bersantai (dpt berfungsi juga jadi ruang rapat, ruang doa ,dll.)
Ruang MYC menjadi terpakai saat penghuni UPH sedang tidak ada acaa perkuliahan. Lalu mereka menggunakan fasilitas ini saat menunggu acara perkuliahan selanjutnya berlangsung.


Apa kegiatan yang berpola seperti MYC UPH di grogol?
Kegiatan yang bersifat sama-sama ‘temporal’, seperti menunggu datangnya kelas matakuliah yaitu menunggu kedatangan transportasi umum.
Membuat sebuah ruang tunggu transportasi umum / tempat transit kendaraan.
Skemanya: daerah grogol adalah interchange antara transportasi publik: bus, busway, angkot, taxi.
Fasilitas publik ini melayani:
pengunjung mall (TA, CP, CL),
mahasiswa universitas terdekat (untar, ukrida, trisakti),
para pelajar sekolah terdekat (yang rumahnya jauh dan membutuhkan transportasi publik)
hingga orang yang bekerja di Jakarta, namun berdomisili di tangerang, dan perl menggunakan transportasi publik dari tangerang dan menyambung dengan transportasi publik lain untuk ke dalam Jakarta.

sambil nunggu bus / busway / angkot / taksi datang, biasanya orang duduk-duduk di halte biasanya:
kegiatan penyerapan informasi:
orang baca Koran, majalah
orang cek email
orang lihat info saham
orang periksa ramalan cuaca
orang dengerin radio
orang mencari tahu laporan arus lalu lintas dalam kota
dll.
kegiatan yang dilakukan sembari menyerap informasi:
orang ngemil / sarapan
orang merokok
orang baca komik
orang tidur
orang dengerin musik


dengan mengadopsi program yang ada di perpustakaan modern, dapat pula ditambahkan program ke dalam halte ini seperti:
ada komputer yg dpt digunakan untuk browsing gratis
ada steker listrik untuk charge gadget orang-orang yang mmenggunakan halte ini
ada café tempat untuk beli camilan atau sarapan (jika datang ke halte pagi) atau lunch (jika datang ke halte siang) atau dinner (jika pulang malam ga sempet makan)
ada sofa / ruang tunggu bagi yang capek dengan panasnya cuaca di Jakarta
(kelebihan lain halte ini, jika seperti MYC maka halte ini tertutup dan ber-AC, jadi dapat menunggu dengan lebih nyaman, tidak seperti halte pada umumnya, terbuka, orang yang duduk terkena semburan asap kendaraan dan terik matahari. Di dalam halte ini orang dapat menunggu dengan nyaman)




semua programming di atas berdasarkan pada diferensiasi makna ‘educational facilities’ yang sudah saya jabarkan pada poin-poin pertama.
Yaitu:
Wadah tidak edukasi (informasi) tidak perlu memiliki objek edukasi (informasi) di dalamnya
Kita ternyata dapat hanya menaruh indikasi saja, yang akhirnya akan menggerakkan orang untuk menyerap informasi secara sendiri.
Buktinya adalah lihat saja programming saya di atas. Semua yang saya taruh:
orang baca Koran, majalah
orang cek email
orang lihat info saham
orang periksa ramalan cuaca
orang dengerin radio
orang mencari tahu laporan arus lalu lintas dalam kota
adalah bentuk –bentuk programming yang di mana user wadah akan ‘membawa’ sendiri objek informasi tersebut.
Mereka me-represence objek-objek tersebut saat mereka ingin mengisi void dari physical absence yang terjadi di wadah saya, karena saya dalam wadah saya menaruh reaktor yang sudah diatur sedemikian rupa:
fasilitas duduk / tunggu seperti menaruh objek sofa, AC, toilet, dapur kecil / cafe, meja bilyar, sofa berikut televisi, steker listrik untuk charge sesuatu yang dibawa user (berhubung saat ini membaca dapat secara digital)




isu besar:
kenapa ga ada halte yang nyaman di dunia?
Saya mau buat halte ternyaman di grogol supaya mensukung para pengguna transportasi umum, sehingga masyarakat Jakarta setidaknya menajdi segan menggunakan transportasi umum, walaupun transportasi umumnya masih buruk, setidaknya user tak perlu panas2an menunggu, sambil mencium asap knalpot

Isu ide:
Membuat fasilitas publik halte yang menggantikan halte busway grogol, halte umum grogol.
Membuat fasilitas yang menjadi jangkar konsep interchange daerah perbatasan tangerang-jakarta
Membuat fasilitas tunggu yang NYAMAN

Isu konteks lokasi:
Lokasi di samping untar (bekas kantor walikota), ini sangat strategis, sebab:
Tidak membumihanguskan rumah orang
Dekat dengan pinggir jalan
Sangat dekat dengan jembatan penyebrangan, pemberhentian busway

Desain dan program ruang:
ruang tunggu bebas rokok [sofa + televisi] (free wifi dan full AC)
ruang tunggu untuk para perokok [sofa +televisi] (free wifi dan full AC + penyedot asap rokok)
ruang sekuriti
ruang café (kitchen, snack counter)
ruang toilet
ruang mandi
ruang media (charger, komputer browsing gratis)



antisipasi pertanyaan:
jika fungsi bangunan ini seperti MYC, namun berbentuk halte, ownernya sapa? Ini kan bentuk pelayanan publik, akan merugi dong?
Yang memelihara fasilitas ini adalah pemilik dapat perorangan. Yaitu orang yang membuka usaha ruang tunggu, biaya perawatan fasilitas ini didapat dari:
Penjualan makanan
Membership free wifi
Masuk toilet gratis, keluarnya bayar


Dalam desain seperti ini, saya yakin telah menjawab soal studio perencanaan III tugas 2. “EDUCATIONAL FACILITIES”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar